Kisah arit sakti pengubah hidup


Anak muda ini agak lain dari anak muda yang lainnya. Memiliki visi kedepan dalam pandangan hidupnya, walaupun dengan cara dan pemikiran sangat sederhana.

Usep berperawakan agak tinggi, badannya agak kurus namun berisi. Tenaganya cukup kuat karena kesehariannya melawan panas dan alam terbuka. Umurnya sekitar 33 tahun, memiliki seorang anak laki-laki berumur 3 tahunan.

Kisah kecil Usep sangat memprihatinkan. Pada umur 8 tahun ia telah ditinggal ibunya. Bapaknyapun sudah tua, sudah tak kuat lagi berusaha mencari nafkah. Usep anak bungsu, kakaknya ada 6 orang, namun hidupnya kurang mendapatkan perhatian. Sepeninggal bapaknya usep hidup dengan kakanya yang perempuan. Namun pada umur 12 tahun, Usep diusir oleh kakanya itu.

Hidup Usep mulai tak tentu arah. Kakaknya yang banyak itu juga tidak bisa banyak membantu. Mereka semua hidup serba pas-pasan.

Di usianya yang masih sangat muda, Usep sudah dihadapkan pada kenyataan pahit. Berjuang sendiri untuk mempertahankan hidupnya. Untuk membuat jalan kehidupannya kelak. Iapun ikut tinggal dirumah sesepuh di kampung kami. Hanya untuk menumpang tidur saja.

Keseharian Usep muda sudah giat mencari uang. Apapun ia kerjakan, mulai dari mencangkul sawah sampai ikut mobil pick up jika ada pengiriman barang. Untung saja didepan jalan raya, ada tempat cuci steam motor yang baru buka. Waktu itu steam motor sedang trend karena masih belum banyak yang buka usaha ini. Useppun mulai menetap sebagai tukang cuci steam.

Waktu terus berjalan, pada saat dewasa, Usep mulai mengenal pasar penjualan domba dan sapi. Ia terbiasa ikut kakak-kakaknya ke pasar. Awalnya ia memegangi tali domba-domba yang akan dijual dipasar, sedangkan kakaknya yang menawarkan domba-domba itu. Walaupun sebagai calo domba, namun penghasilan cukup untuk mendorong tambahan penghasilan.

Atas kegigihan Usep mulai mandiri. Ia mulai dipercaya oleh para bandar domba. 1-2 bandar cukuplah. Sampai saat ini, Usep sangat mahir memainkan peranya sebagai calo domba. Penghasilanpun mulai terasa meningkat.
 
Setelah menikah Usep mulai kelihatan hidupnya terencana. Istrinya bekerja di sebuah pabrik garmen, ia sendiri selain menjadi calo domba juga memelihara domba untuk hari raya Qurban.

Pelihara domba adalah penggemukkan untuk dijual pada saat Hari Raya Idul Adha. Biasanya saat bulan Januari atau Februari peternak membeli domba bahan. Domba bahan biasanya berumur sekitar 4-5 bulan dengan harga 700 ribu sampai 1 juta. Pada saat Hari Raya Qurban, domba akan terjual sekitar 2,5 juta sampai 3 juta per ekor. Keuntungan dibagi dua dengan pemilik modal.

Biasanya Usep memlihara domba sekitar 10-12 ekor. Dari 12 ekor ini dapat menghasilkan pembagian sekitar 7-8 juta. Dalam 3 tahun ini, Usep mulai kelihatan hasilnya. Ia sudah membeli sebidang tanah di kampung kami. Material sudah ia siapkan jauh-jauh hari. Sedikit kalau dia punya uang lebih ia belikan kayu, bambu, bata dan sebagainya.

Tahun ini sepertinya hanya menunggu uang untuk upah petukang saja. Saya yakin, tahun ini Usep memiliki rumahnya sendiri. Walau kecil namun menurut saya itu sebuah istana yang ia bangun melaluyi keringatnya sendiri. Melalui perjuangannya.

Sebuah keuletan yang menghasilkan bentuk yang positif. Usep adalah sosok yang patut kita apresiasi. Dengan aritnya, ia mampu mendirikan rumah idaman untuk masa depannya.

0 komentar

Posting Komentar