Ba'da Isya saya duduk santai dibelakang rumah. Kebetulan ada dipan kecil tempat bercengkrama sambil minum kopi. Asik ngobrol berdua dengan Mang Idun, tiba-tiba obed datang ikut nimbrung. Seperti biasa obed tanpa basa-basi mengambil gelas langsung seduh kopi.
Kedatangan Obed tentu saja merubah arah pembicaraan saya dengan Mang Idun, yang tadinya tengah asik membahas pembuatan drainase di gang persis depan rumah kami, kini berbelok ke masalah ayam. Dengan semangat Obed mengabarkan bahwa ia punya ayam bangkok yang super. Ayam petarung jalu, cuma saat ini ayam itu tengah dilanda sakit.
Asal mula ayam itu dia bilang milik Mang Ocim yang terkenal cakap dalam merawat ayam aduan. Lantaran ayam itu sakit, maka Mang Ocim menyuruh Obed untuk membawa ayam tersebut, dengan maksud kalau ayam itu sehat lagi nanti dikawinkan dan anaknya dibagi dua. Tentu saja Obed mau, dia berpikir, sapa tau ayam tersebut bisa sembuh. Lumayan ayam super pikir dia.
Tiga hari setelah ayam tersebut diurusnya, ternyata sekarang segar bugar. Wah, malam itu Obed rada-rada sombong atas keberhasilannya merawat ayam sampai sembuh. Padahal dia bilang ayam itu sudah tidak ada harapan.
Malam itu Obed mengungkapkan bahwa ia ingin cari bibit ayam bangkok yang dirasanya baik. Dengan maksud ingin mengawinkan dan menurunkan ayam super milik Mang Ocim tersebut. Kebetulan Mang Idun cukup banyak pelihara ayam dirumahnya. Namun berhubung malam, bibit yang dicari Jelug ditunda sampai besok. "Ok lah besok saya liat bibitnya", kata Obed dengan yakinnya.
Esoknya, Obed benar-benar datang ke rumah Mang Idun, namun bukan mau melihat bibit ayam yang ia cari. Dengan membawa temannya, ia malah menghampiri saya untuk meminta pagar bambu yang sudah mulai pada reot. "Ambil aja!!", saya bilang. Ia dan temannya pun menggotong pagar yang rapuh ke rumahnya yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah saya.
Saya selalu mendukung setiap anak-anak muda yang memiliki keinginan untuk usaha atau apapun yang positif. Obed pun sekarang memiliki pagar dibelakang rumahnya.
Malamnya kami berkumpul lagi seperti biasa. Namun Obed tidak membahas ayam bibit Mang Idun, malah ia bercerita kalau bibit dirumahnya sudah ada dua ekor katanya. Ketika kami menanyakan beli dari mana, dia mengatakan kalau bibitnya milik Bonang (masih tetangga dekat juga) dimana nanti turunannya Bonang dibagi. Disebutkan Bonang juga sangat ingin keturunan dari ayam super jalu tersebut.
Wah, sudah lengkap kata saya, ayam jantan pemacek sudah ada, bibit sudah ada, pagarpun sudah dibuat, tinggal nunggu hasilnya. "Satu lagi..", kata Obed. "Apa itu?", tanya saya. Jelug menjawabnya, "Kandangnya belum memadai, yang ada terlalu kecil". Dia seperti berpikir keras, lalu berkata, "Itu kandang punya Aa masih dipake ga?". "Masihlah", jawab saya. Memang dirumah saya ada kandang khusus untuk ayam bangkok. Saya pernah memelihara beberapa ayam juga, dan kandang itu memang akan saya isi lagi.
Obed terlihat kecewa.
Hampir satu minggu Obed tidak terlihat batang hidungnya. Sampai pada malam Sabtu ada pertemuan dirumah RW dalam rangka pelebaran gang ditempat kami. Selesai rapat kami ngobrol lagi, kali ini depan rumah Mang Idun. Kami berlima malam itu, saya, Mang Idun, Obed, Mang Ahong dan Mang Kelung. Obrol punya obrol Mang Kelung bercerita tentang menggotongan kandang ayam milik Mang Aca. Obed langsung ketawa lebar. Dia bilang,"saya ngerjain Mang Aca tadi siang", katanya.
Ternyata Obed berhasil punya kandang dari Mang Aca. Obed ketawa karena merasa Mang Aca dikerjainya untuk menggotong kandang tersebut, padahal kandang itu dia berikan gratis.
Kini lengkap sudah rencana Obed mengembang biakkan ayam bangkok dan saya berkesimpulan: inilah orang paling sukses dalam beternak ayam, karena hanya dengan modal Rp. 0,-
0 komentar
Posting Komentar